Sonia Basil: Konten di media sosial bisa tingkatkan penjualan bisnis
Seiring perkembangan zaman, banyak orang tertarik untuk membuat konten digital melalui berbagai platform media sosial. Konten-konten tersebut dapat menghibur, mengedukasi, bahkan mempromosikan suatu produk atau jasa.
Pasalnya, saat ini, membuat konten yang menarik dan sesuai dengan ketertarikan audiens bahkan dapat meningkatkan penjualan bisnis dengan cukup signifikan terutama selama pandemi COVID-19. Hal tersebut pun dirasakan sendiri oleh Sonia Basil, seorang pembuat kue sekaligus pendiri toko kue Cakeology dan Keku.
“Ketika aku terjun ke dunia content creating, aku munculnya bukan sebagai brand. Tapi aku muncul sebagai Sonia, orang yang mengerjakan kue-kue dibalik Cakeology atau Keku. Jadi, dari situ orang-orang bisa lihat proses pembuatan kue dari awal sampai akhir itu gimana,” ujar Sonia lewat video call dengan TFR baru-baru ini.
Sonia pun menambahkan, “Karena dilakukan secara konsisten, orang pun jadi terbentuk image-nya sehingga ketika mereka mau order kue, mereka langsung inget untuk cari Sonia Basil, either ke Cakeology atau Keku.”
“Itu pentingnya aktif di media sosial dan menunjukkan behind our brand seperti apa. Jadi, kita gak cuman tunjukin plus point dari brand kita, tapi kita juga tunjukin proses dibaliknya dan itu yang lebih nge-boost,” lanjutnya.
Menurut Sonia, dengan membuat konten, ia semakin mengenal audiens sekaligus meningkatkan brand awareness. Sonia pun membuat konten yang bersifat storytelling untuk menarik audiensnya sehingga ia dapat menceritakan kisah dibalik pembuatan sebuah kue. Selain itu, ia juga berinteraksi dengan audiens untuk menjawab keingintahuan atau rasa penasaran mereka terhadap prosesnya dalam membuat kue ataupun membangun bisnis kue.
Bagi Sonia, sebagai seseorang yang juga aktif menggunakan media sosial secara personal, dia merasa konten yang bagus ialah ketika bisa berinteraksi secara dua arah. Nah, itulah yang diterapkan pada bisnisnya.
“Jadi, kita nggak cuman nge-post sesuatu yang kita pengen orang lihat atau dengar, tapi kita juga membuat konten yang menjawab rasa penasaran orang. Misalnya, di semua media sosial itu kan biasanya ada yang namanya top comment, berarti itu kan sesuatu yang menjadi rasa penasarannya orang-orang dan di-support oleh banyak orang. Jadi, rasa penasaran orang tuh kita bisa lihat dari top comment-nya mereka,” kata Sonia.
Selain itu, Sonia juga mengatakan, dirinya tak hanya mendengar pandangan konsumen saat bikin konten, tetapi berusaha menjawab rasa penasaran mereka juga. Jadi, kontennya seperti komunikasi dua arah.
“Misalnya, mereka nanya itu ‘bunga bisa dimakan gak sih?’ Aku cari kisah customer-ku yang pakai bunga dan aku buat konten ‘kue pakai bunga yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan,” ujar Sonia memberikan contoh.
Sebelum membuat konten video seperti saat ini, Sonia awalnya hanya melakukan live streaming di media sosial. Ia ingin berinteraksi dengan audiensnya sambil menemani dirinya ketika membuat kue. Kemudian, Sonia melihat bahwa audiensnya antusias dengan konten live tersebut sehingga ia pun terdorong untuk membuat konten.
“Aku gak expect bakal jadi content creator. Apalagi background aku introvert. Jadi, aku gak nyaman untuk berada di depan kamera atau dilihat publik. Jadi, iseng-iseng doang awalnya, tapi ternyata feedback dari orang-orang bagus dan akhirnya aku terusin, mulai dari live, terus post video. Makanya sampai sekarang aku ngejalanin ini,” kata Sonia.