Adidas digugat para pemegang saham akibat masalah kemitraan dengan Kanye West

Para pemegang saham Adidas telah memberikan gugatan kelompok (class-action) kepada jenama olahraga dan gaya hidup tersebut, terkait masalah kerja sama Adidas dengan Kanye West.

Melansir CNN (1/5), dalam aduan ke pengadilan federal tersebut, para penggugat menuding Adidas telah, “secara rutin mengabaikan” kelakuan Kanye West yang sejak 2018.

Menurut para investor, eksekutif perusahaan telah mengabaikan masalah serius, yakni terkait ungkapan anti-semit dan komen publik tentang perbudakan dari sang rapper.

Pasalnya, tindakan tersebut berujung memengaruhi pemberhentian kerja sama rangkaian YEEZY.

Lebih lanjut, para penggugat juga menyatakan bahwa pada 2018 Adidas tidak menjelaskan perilaku kontroversial dan ekstrim Ye yang membuat mereka merencanakan penghentian kemitraan YEEZY. 

Tidak hanya itu, Adidas juga disebut telah gagal mengambil langkah untuk menahan dampak buruk bagi finansial perusahaan pasca YEEZY.

Meski begitu, menurut CNN, rupanya para penggugat tidak menyebut nama Kanye West secara gamblang dalam dokumen aduan mereka.

Namun, CFO Harm Ohlmeyer dan eks CEO Adidas Kasper Røsted dicantumkan sebagai nama tergugat.

Sebagai informasi, gugatan kelompok ini diberikan oleh seluruh investor yang membeli saham Adidas mulai 3 Mei 2018, ketika Ye mulai memberi ungkapan kontroversial soal perbudakan, hingga 2023 ini.

Baca juga: Akibat YEEZY, Adidas sampaikan potensi kerugian tahunan pertamanya dalam 31 tahun

Adidas sebut klaim penggugat, “tidak mendasar”

Kepada CNN, Adidas menyatakan bahwa gugatan yang didapatnya merupakan hal yang tak benar.

“Kami langsung menolak klaim tidak mendasar ini dan akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk membela diri sepenuhnya atas tudingan mereka,” ujar perwakilan Adidas.

Sebagai informasi tambahan, gugatan ini melanjutkan sederet kabar lainnya yang berkaitan dengan Adidas, Kanye West, dan rangkaian YEEZY dalam setahun terakhir.

Pada Oktober 2022 lalu, setelah rapper yang mengubah namanya menjadi Ye tersebut mengenakan kaos bertuliskan, “White Lives Matter,” Adidas menghentikan kerja sama sedekade YEEZY.

Kala itu, Adidas mengaku bahwa keputusan diambil karena tindakan Ye yang, “tidak dapat diterima, penuh kebencian, dan berbahaya.”

Kemudian, pada Februari tahun ini, Adidas sampaikan potensi kerugian tahunan pertamanya dalam 31 tahun yang disebabkan oleh kekacauan rangkaian pakaian dan sepatu YEEZY.

Menurut laporan Adidas, kerugian operasional tersebut bisa mencapai €700 juta (sekitar Rp11,3 triliun) di tahun ini, lantaran gagal terjualnya sejumlah barangYEEZY bernilai sekitar €500 juta (Rp8,1 triliun).