Aktor senior bintang “Laskar Pelangi” Ikranagara meninggal dunia

Aktor senior tanah air, Ikranagara, tutup usia pada Senin (6/3) kemarin di kampung halamannya, Pulau Dewata. 

Kabar duka kepergian bintang film “Laskar Pelangi” (2008) tersebut dibagikan oleh sang anak, Innosanto Nagara, lewat akun Facebook pribadinya.

Berita duka. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Telah berpulang ke rahmatullah, Suami, Ayah, Datuk tercinta kami: H. Ikranagara pada usia 79 tahun di Bali,” tulis Innosanto dalam unggahannya.

Kabar ini lantar membuat industri perfilman turut berkabung. Sebagaimana Festival Film Indonesia (FFI) mengunggah ungkapan, “FFI turut berduka cita yang mendalam atas berpulangnya sahabat dan keluarga kami, Ikranagara, pada 6 Maret 2023,” tulisnya dalam akun Twitter resmi FFI. 

Sosok aktor sekaligus seniman legendaris Ikranagara

Lahir di Loloan Barat, Jembrana, Bali pada 19 September 1943, Ikranagara menjadi salah satu sosok penting dunia seni.

Betapa tidak, selain bermain peran sebagai aktor, Ikranagara turut membuat sejumlah karya sastra, menulis naskah, hingga melukis semasa hidupnya. 

Menurut laman resmi FFI, sosok Ikranagara memulai kiprah dunia keseniannya melalui karya drama serta puisi.

Malahan, kariernya sebagai aktor ternyata terbangun karena ketidaksengajaan. “Keterlibatannya di dunia film sendiri diakui Ikra karena faktor keisengan belaka.”

Baca juga: Perancang busana Vivienne Westwood meninggal dunia di usia 81 tahun

Pencapaian dan dobrakan Ikranagara dalam dunia seni

Semasa hidupnya, Ikra telah membintangi sekitar 13 film, termasuk “Garuda di Dadaku” (2009) dan “Sang Kiai” (2013). 

Di sisi lain, ia juga berhasil membawa pulang sejumlah penghargaan, seperti Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung pada 2009, serta Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award di tahun yang sama. 

Lebih lanjut, Ikra juga masuk ke dalam Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik di piala FFI 2013. 

“Ikranagara melakukan dekonstruksi terhadap teater tradisional (terutama yang ada di Bali) dalam arti yang positif, artinya berangkat dari hasilnya itu dia kemudian melanjutkan dengan proses intertekstualitas, atau kreatif dan kritis, sambil juga melibatkan intuisi kesenimanannya, yang berakhir dengan melahirkan karya teater masa kini yang berakar pada budaya pra-Indonesia,” jelas FFI tentang sosok Ikranagara. 

Ikranagara juga akrab dengan sastrawan Putu Wijaya. Bersama mereka membawa inovasi kesenian yang mendekonstruksi teater tradisional dengan menggali budaya Bali.