Funko akan buang dan hancurkan koleksinya senilai Rp460 miliar
Dulu sempat populer dan dikoleksi oleh banyak orang, sejumlah besar mainan Funko Pop akan dibuang dan dihancurkan akibat penurunan jumlah permintaan.
Perusahaan induk Funko mengumumkan berencana untuk “mengeliminasi” ribuan mainan figure miliknya yang bernilai sekitar $30-36 juta atau sekitar Rp460-553 miliar pada akhir tahun ini.
Tak heran, pasalnya, laporan pendapatan Funko mencatat bahwa pada akhir 2022 lalu persediaan mainannya mencapai $246,4 juta (sekitar Rp3,7 triliun), yang mana angka tersebut naik 48% dari tahun 2021.
Steve Nave, Chief Operating Officer (COO) Funko menjelaskan, perusahaan memutuskan untuk membuang seluruh persediaan berlebih tersebut.
“Kami akan membuang persediaan paling lama terlebih dahulu, persediaan yang kami pikir dapat terjual seiring berjalannya waktu, namun karena masalah operasional ternyata lebih baik dimusnahkan,” ungkapnya dalam sebuah pertemuan pekan lalu, dikutip dari CBS News.
Baca juga: Rayakan Hari Gacha, Takara Tomy Arts ciptakan ransel mesin gacha
Persediaan mainan berlebih akan dihancurkan
CEO Funko Brian Mariotti dalam kesempatan yang sama turut menjelaskan bahwa Funko menyimpan persediaan berlebih tersebut di sebuah gudang sewaan di Arizona.
Menurutnya, keputusan untuk membuang dan menghancurkan Funko Pop tersebut dilakukan untuk “membatasi pusat distribusi kami dan meminimalisir biaya sewa kontainer tambahan.”
Untuk menghancurkan mainan koleksinya, kata Nave, Funko akan menggunakan jasa pihak ketiga di Arizona.
Funko juga alami penurunan pendapatan secara drastis
Funko sendiri merupakan perusahaan asal Washington, Amerika Serikat yang fokus memproduksi mainan nostalgia.
Pertama kali dibuka pada 1998 dan go public pada 2017, Funko telah mempekerjakan 1.466 pegawai di Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Selain mainan, perusahaan tersebut juga menjual backpacks, board games, buku, non-fungible token (NFT), hingga dompet.
Dikenal dengan tubuh pendek, kepala besar, dan mata bulat, mainan Funko Pop menampilkan berbagai sosok ikonik dari budaya pop, mulai dari karakter “Star Wars”, atlet profesional, sampai aktor.
Funko mulai menjual figurine tersebut di tahun 2010 dan memiliki banyak pelanggan tetap. Popularitasnya kian bertumbuh dan makin kuat karena banyak orang yang mengoleksinya.
Namun sayangnya, popularitas tersebut kini mulai luntur. Funko mencatat pertumbuhan utang mencapai $245.8 juta atau sekitar Rp3,8 triliun pada akhir 2022, naik 42% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, penjualan pada kategori koleksi intinya menurun 6,6% antara 2021-2022, sebagaimana terlihat pada data perusahaan. Funko juga melaporkan penurunan pendapatan hingga 108% ke $5,2 juta atau sekitar Rp80 miliar pada 2022 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.