Demi selamatkan bisnis, Daniel Wellington luncurkan lini tas perdananya
Jenama yang dikenal atas produk jam tangan bergaya minimalis, Daniel Wellington, baru saja meluncurkan lini tas jinjing perdananya di Paris.
Melansir laporan FASHION NETWORK (25/5), lini terbaru dari watchmaker Daniel Wellington asal Swedia tersebut menjadi bagian dari pergeseran bisnis perusahaan.
Pasalnya, beberapa tahun ini, Daniel Wellington disinyalir sempat menghadapi kesulitan finansial.
Oleh karena itu, dalam beberapa waktu terakhir, Daniel Wellington tengah merilis lebih banyak aksesori fesyen untuk meningkatkan penjualannya.
Diluncurkan di Salon Été, Ritz Paris, rangkaian yang terdiri dari tiga jenis tas jinjing Daniel Wellington baru diluncurkan dan semuanya terbuat dari “kulit” vegan.
Rangkaian terbaru jenama berbasis di Stockholm itu, akan memasuki pasar retail mulai musim gugur tahun ini.
Selain tas, Daniel Wellington juga telah dan akan merilis sejumlah aksesori yang dibanderol mulai sekitar €25 hingga €100 (sekitar Rp400.000 - Rp1.000.000). Beberapa di antaranya adalah gantungan tas, perhiasan, hingga kaca mata hitam.
Baca juga: ENHYPEN jadi tuan rumah Airbnb di Korea Selatan, ajak tamu nikmati Seoul Fashion Week
CEO Daniel Wellington ungkap awal mula gejolak finansial perusahaan
Daniel Wellington merupakan jenama yang kian populer dalam sedekade terakhir, berkat produk jam tangan berdesain clean dan minimalisnya.
Bahkan, perkembangan pesat itu membuat mereka berhasil mendapat ratusan juta euro setiap tahunnya, yang bertambah dua kali lipat setelah menggencarkan penjualannya di Tiongkok.
“Bisa dibilang kami adalah jenama jam tangan yang berkembang paling pesat dalam awal abad ini. Saya menyaksikannya sendiri, tapi sekitar 2018 kami membuat sebuah kesalahan,” ujar CEO Daniel Wellington, Tianhao Liu.
“Kami berubah dari model grosir tradisional, menjadi penjualan D to C (direct-to-consumer), ke seluruh dunia, lewat berbagai macam platform baik digital maupun ritel. (Hal itu) Benar-benar mengeliminasi grosir,” imbuh Liu.
Perubahan strategi tersebut lantas mengubah cara kerja Daniel Wellington. “Kala itu kami membuka kantor kami sendiri di seluruh dunia, mempekerjakan manajer umum dan berinvestasi besar-besaran, membayar banyak gaji dan biaya sewa,” jelas CEO yang resmi diangkat 1 Januari 2023 tersebut.
Rupanya, langkah itu terinspirasi dari perkembangan Daniel Wellington di Tiongkok pada 2017 yang dinilai begitu berhasil.
“Kami membuka lebih dari 300 gerai fisik di sana, beberapa kios di dalam pusat perbelanjaan, dalam sekitar dua tahun,” ujarnya.
Akan tetapi, strategi itu tidak tepat bagi negara dengan pasar yang lebih kecil, bahkan di Inggris di mana mereka membuka lima gerai dengan biaya sewa yang tinggi, dan durasi sewa selama 10 tahun.
“Di saat itu kami bahkan belum berusia 10 tahun, dan kami menandatangani biaya sewa yang lebih dari umur kami!,” lanjutnya yang kemudian menyebut seluruh biaya itu, “sangat-sangat berat,” bagi perusahaan.
Perubahan strategi Daniel Wellington dimulai sejak 2022
Lantaran bisnisnya kian terguncang, apalagi setelah pandemi COVID-19 melanda mulai 2020, Daniel Wellington mengubah strateginya.
Mulai 2022 lalu, Daniel Wellington akhirnya memutuskan untuk kembali ke skema kerja awalnya, yakni memperkecil skala bisnisnya.
Namun, di luar itu semua, menurut Liu mereka masih beruntung karena produk dan jenamanya masih disukai para konsumen maupun pihak terkait lainnya.
“Kami berhasil kembali menjalin kerja sama dengan lebih dari 90% mitra kami sebelumnya. Mereka masih percaya dengan jenama ini,” lanjutnya.
Maka dari itu, Daniel Wellington memberi sentuhan baru dalam produknya, menggeser fokusnya menjadi 70% produk jam tangan dan sisanya adalah aksesori lain, termasuk tas jinjing.