Dirjen Aptika Kominfo akui buat pidato dengan AI
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan mengaku membuat pidato menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Pidato tersebut disampaikannya dalam pembukaan acara penandatanganan kerja sama pengembangan Natural Language Processing (NLP) antara Kominfo dan KORIKA Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Adapun pengakuan blak-blakan bahwa pidato yang dibacanya dibuat menggunakan AI disampaikan di akhir sesi pembukaan acara tersebut.
“By the way tadi semua dibuat oleh AI,” ujar Semuel dalam acara yang digelar di kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (14/4).
Baca juga: Tiongkok pekerjakan AI sebagai pembawa berita 24 jam
Pidato buatan AI yang dibawakan Semuel tetap melalui proses penyuntingan
Walaupun begitu, laki-laki yang akrab disapa Semmy itu mengatakan naskah pidatonya tetap memerlukan sentuhan manusia dan melewati proses penyuntingan.
“Pasti edit-edit dulu. Kan, namanya machine learning. Dia harus latih-latih terus. Sesuai dengan keinginan kamu. Diajak ngobrol dulu. Itu akan membantu,” sambungnya.
Di lain sisi, melansir Katadata, Semuel tidak menyebutkan apa nama teknologi AI yang ia pakai untuk membuat pidato tersebut.
Tapi, dalam kesempatan yang sama, Semuel turut menyinggung OpenAI milik ChatGPT. Katanya, ia telah mengirim surat ke sana.
“Dia (OpenAI) katanya mau masuk ke Indonesia, dia mau keliling dunia. Saat itu mungkin saya juga bisa panggil, bisa ngobrol,” tutur Semuel.
Kominfo dan KORIKA akan ciptakan teknologi AI
Sebagai informasi, pidato yang disampaikan oleh Semuel dalam pembukaan acara membahas soal proses NLP sebagaimana tema utamanya.
Kerja sama ini dilakukan lantaran NLP memiliki potensi besar untuk mengubah cara berinteraksi dengan teknologi serta meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek kehidupan.
Melalui kesepakatan ini, sebagaimana dikutip dari CNBC Indonesia, Kominfo dan KORIKA akan membuat algoritma dengan teknik NLP serta machine learning.
Kedua pihak juga berencana untuk menciptakan teknologi AI yang dapat menganalisis hoaks dan sentimen di media sosial.
“Harapannya dengan adanya diskusi dan kolaborasi antara para ahli dan pemangku kepentingan, kita dapat mencapai kemajuan yang signifikan dalam pengembangan teknologi ini,” pungkasnya.