Penjualan sneaker menurun secara global, tanda penurunan minat pasar
Laporan Business of Fashion menunjukkan adanya penurunan penjualan sneaker di tahun 2022.
Pasalnya, hal tersebut menandakan penurunan minat pasar setelah pada 2021 silam penjualan sneaker justru mengalami peningkatan hingga 19,5%.
Meski begitu, menurut Euromonitor terdapat 2,7% peningkatan, dengan total penjualan sneaker global sepanjang 2022 berada di angka $152,4 miliar atau Rp2,3 kuadriliun.
Akan tetapi, hal ini tetap memperlihatkan adanya penurunan dramatis jika dibandingkan pada tahun sebelumnya, sekaligus mencerminkan adanya perubahan pada minat pasar.
Industri sneaker diproyeksikan akan bertumbuh secara rata-rata tahunan sekitar 3,6% sampai 2028.
Akan tetapi, tidak bisa dimungkiri bahwa seiring berjalannya waktu, industri alas kaki tak lagi didominasi oleh sneaker dengan adanya mules dan loafers yang kian populer.
Baca juga: Nike dan Adidas diperkirakan akan mengurangi produksi 30-40% tahun depan
Prediksi penjualan sneaker tahun ini
Walau brand fashion dunia seperti Nike dan adidas tampaknya akan mengalami pertumbuhan, kedua jenama besar tersebut nyatanya tengah dihadapi oleh masalah kelebihan pasokan dan penjualan di Tiongkok akibat masyarakat negara tersebut beralih ke jenama lokal Anta dan Li-Ning.
Melansir Hypebeast (9/1), Nike saat ini memiliki saham senilai $9,3 miliar (Rp144 triliun) dengan persentase 43% year-on-year (YOY).
Sedangkan adidas sendiri memegang inventaris senilai $6,7 miliar (Rp103,8 triliun) atau 73% YOY pada akhir kuartal (30 November 2022).
Di samping kedua brand yang terus diminati, tampaknya para penggemar sepatu kets banyak yang merasa bosan dengan perilisan koleksi terbaru secara terus menerus dari keduanya, sehingga banyak yang pada akhirnya beralih ke jenama yang lebih kecil.
Misalnya ASICS, Mizuno, Merrell, On Running, dan Salomon yang berhasil menarik minat pasar lewat terobosan berupa kolaborasi.
Lebih jauh, pasar sneaker diprediksi akan menghadapi tantangan kondisi makro ekonomi pada tahun ini, 2023, dengan penurunan permintaan dari konsumen.
Meski begitu, masih ada peluang bertahan mengingat sneaker terus diminati di kondisi resesi sekalipun.