Pertunjukan teater dengan balutan komedi “Kuntilanak Mangga Dua” sukses hibur penikmat seni
Galeri Indonesia Kaya baru saja menggelar pertunjukan teater dengan balutan komedi bertajuk “Kuntilanak Mangga Dua” pada Sabtu (3/6) lalu.
Pertunjukan kolaborasi antara Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih dan Ary Kirana itu merupakan bagian dari pertunjukan akhir pekan yang digelar Galeri Indonesia Kaya.
Pasalnya, hal itu selaras dengan Galeri Indonesia Kaya yang ingin mengajak para penikmat seni untuk memahami keragaman suku dan kebudayaan di Pulau Jawa selama bulan ini.
Pementasan “Kuntilanak Mangga Dua” sendiri disuguhkan untuk menghibur sekaligus diharapkan dapat menambah wawasan para penikmat seni tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia karena disisipkan oleh pesan dan nilai kebudayaan.
“Kolaborasi antara Ary Kirana dan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih sore hari ini merupakan salah satu upaya kami untuk mengenalkan serta mengingatkan kembali para penikmat seni dengan kebudayaan Sunda yang dibalut dengan sentuhan komedi,” ujar Program Director Galeri Indonesia Kaya Renitasari Adrian, dikutip dari siaran pers yang diterima TFR, Senin (5/6).
Baca juga: Para penari striptis resmi berserikat, jadi yang pertama dan satu-satunya di AS
“Kuntilanak Mangga Dua” disambut baik oleh penonton
Adapun pertunjukan yang berlangsung selama 60 menit di Auditorium Galeri Indonesia Kaya tersebut berhasil mendapat respons positif dari para penikmat seni yang mengisi ruangan dengan gelak tawa.
“Kuntilanak Mangga Dua” disajikan dengan komedi yang menjadi ciri khas Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih.
Pertunjukan tersebut mengangkat kisah seorang pemuda pekerja keras bernama Tisna yang berniat untuk membahagiakan sang kekasihnya, Acih, yang diperankan oleh Ary Kirana.
Setelah menikah, Tisna dan Acih pindah ke Jakarta dan menempati sebuah rumah yang ternyata angker.
Ary Kirana yang merupakan seorang penyanyi, presenter, serta penyiar radio mengatakan bahwa dapat memerankan sosok Acih merupakan pengalaman yang cukup menantang baginya.
“Dalam pertunjukan ‘Kuntilanak Mangga Dua’ ini saya ditantang menjadi sosok Acih, seorang perempuan Sunda. Peran ini mengasah kemampuan dalam berimprovisasi tanpa skrip. Semoga kolaborasi kami dapat menghibur dan diterima dengan baik para penikmat seni,” ungkapnya dalam kesempatan sama.
Sekilas tentang Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih
Sebagai informasi, Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih sendiri berawal dari seorang gadis asal Sumedang bernama Tjitjih yang bergabung dengan Opera Valencia yang dipimpin Abu Bakar Bafagih pada 1926 silam.
Sosok Tjitjih dikenal memiliki paras cantik, kreatif, dan penuh disiplin dalam berkesenian.
Kemudian pada 1928, sebagai wujud penghargaan terhadap kelompok opera tersebut, Opera Valencia diubah menjadi Miss Tjitjih Tonil Gezelschap.
Awalnya, kelompok opera tersebut menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Akan tetapi, mereka kini mengubahnya dan mengubah bahasa pengantarnya menjadi Sunda.
Pertunjukan akhir pekan lain di Galeri Indonesia Kaya
Akhir pekan berikutnya, Galeri Indonesia Kaya masih akan menghadirkan pementasan lain, yaitu pertunjukan dengan sentuhan kebudayaan Jember bertajuk “Dari Jember untuk Dunia” oleh Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin).
Dalam pementasan yang akan digelar pada Sabtu (10/6) itu, Linkrafin menampilkan akulturasi budaya melalui musik, tari, dan bahasa untuk memperkenalkan kota asal mereka.
Kemudian pada pertengahan Juni, tepatnya Sabtu (17/6), penikmat seni akan dibawa untuk bernostalgia bersama lewat pertunjukan “Arek Suramadu” yang akan dibawakan tiga seniwati asal Jawa Timur.
Adalah Nina Tamam, penyanyi yang terkenal lewat grup vokal Warna; Mariska Setiawan, seorang soprano sekaligus seniman panggung yang memerankan karakter Eulis Andjung dalam “Serial Musikal Payung Fantasi”; dan Kathy Permata, balerina dan seniman panggung, serta kreator konten.
Ketiganya akan membagikan kisah mengenai tanah asal mereka lewat lagu-lagu yang akan mengingatkan penonton akan makna perjuangan dalam berkesenian dan berkarya.