“Road to IdeaFest 2023: Lead Talk” hadirkan para pemimpin industri kreatif
Sebulan menuju penyelenggaraannya, IdeaFest 2023 menggelar forum untuk memulai rangkaian acaranya pada Kamis (31/8).
Adalah “Road to IdeaFest 2023: Lead Talk” yang menjadi tiga sesi talkshow untuk berdiskusi mengenai potensi dan tantangan industri kreatif Indonesia, bersama para pemimpin dari berbagai sektor industri kreatif.
Terdapat tiga tema yang diangkat pada ketiga sesi forum diskusi, yaitu “Toward the Future Indonesia as Epicenter of Intellectual Property and Creative Economy”, “Skill Sets and Roles in The Next Generation of Creative Jobs”, dan “Reimagining Newsrooms: Technology and the Future of Journalism”.
Baca juga: Usung tema “Lead the Leap!”, IdeaFest 2023 segera digelar
HKI dan tantangan di baliknya
Turut hadir dalam kegiatan yang digelar di The Ballroom at Djakarta Theater, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama sineas Gina S. Noer dan pendiri Pestapora Festival, Kiki Aulia (Ucup ). menyorot tantangan kekayaan intelektual (IP) di Indonesia, khususnya dalam sektor film serta pertunjukan.
Menurut mereka, pemalsuan dan pembajakan hak kekayaan intelektual masih menjadi isu terbesar di industri kreatif.
Untuk mengatasi hal tersebut, Ganjar berpendapat bahwa dibutuhkan peningkatan kesadaran hak kekayaan intelektual (HKI), kolaborasi antar pelaku di dalam industri kreatif, hingga dukungan infrastruktur dari pemerintah.
“Bahkan kerugian akibat pemalsuan dan pembajakan HKI mencapai Rp12 miliar. Untuk memaksimalkan potensi di industri kreatif, dibutuhkan edukasi, kolaborasi untuk solusi dan dampak nyata, serta investasi sebagai bentuk dukungan finansial,” terang Ganjar.
Sementara itu, Gina mengungkapkan bahwa edukasi dan peningkatan pendidikan merupakan langkah utama untuk memaksimalkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di industri kreatif.
“Karena industri ini hubungannya langsung dengan manusia, makan pendidikan sangat memengaruhi industri kreatif. Meningkatkan kesejahteraan guru misalnya, ini akan berpengaruh pada kualitas siswa yang nantinya akan menjadi SDM industri ini. Kita sering sekali membicarakan soal transfer knowledge tapi melupakan kesejahteraan guru kita,” papar Gina.
Ucup kemudian menambahkan, bagaimana IP yang baik ialah IP yang dapat memberikan dampak secara jangka panjang, “Ketika menciptakan sesuatu, keberlanjutannya dan kualitasnya perlu dipertanyakan. Apakah bisa menjadi wadah atau fasilitas? Sehingga bisa sustain.”
Masa depan industri kreatif Indonesia
Di sesi kedua, Menteri Pemuda dan Olahraga RI Dito Ariotedjo bersama pendiri Swara Gembira, Oi, dan Chief Operating Officer (COO) Future Creative Network Anne Ridwan membahas mengenai beragam keterampilan yang dibutuhkan oleh pelaku industri kreatif masa depan.
Oi menegaskan bagaimana sebenarnya industri kreatif seharusnya menjadikan kebudayaan sebagai poros utama dalam keberlangsungannya.
Pasalnya, menurut Oi, dengan begitu industri kreatif tanah air dapat maju dengan memberdayakan SDM dan sumber daya alam (SDA) lokal, tidak hanya terpengaruh ataupun mengikuti tren-tren dari luar negeri.
“Saya kalau melihat industri kreatif itu resah sebenarnya, karena minim sekali kesadaran bahwa kreativitas kita itu harus berjalan beriringan dengan kebudayaan,” ungkap Oi.
Selaras dengan itu, Anne menjelaskan bagaimana industri kreatif harus bisa terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi sembari tetap memiliki tujuan yang jelas. Dalam hal ini, Oi menekankan pentingnya kolaborasi dan peran pemerintah.
“Saya yakin industri kreatif negara ini bisa mengejar luar negeri asalkan diberikan wadah yang bisa menghubungkan kaum cendekiawan metropolitan yang paham tren dengan produsen budaya atau seniman tradisi daerah agar mereka bisa menciptakan suatu produk baru yang selaras dengan perkembangan zaman,” jelasnya.
Teknologi untuk dukung jurnalisme berkualitas
Pendiri dan Pemimpin Redaksi Kumparan Arifin Asydhad bersama Pendiri dan CEO USS Networks Sayed Muhammad menutup rangkaian talkshow “Road to IdeaFest 2023: Lead Talk”.
Keduanya berdiskusi mengenai pemanfaatan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kredibilitas karya jurnalistik yang beretika dan bisa dipertanggungjawabkan.
“Jurnalistik memang harus didukung oleh teknologi. Tapi ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu etika, skill yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi, dan teknologi. Mau tidak mau, memang teknologi sangat mendukung kita dalam mendistribusikan karya jurnalistik agar sampai ke audiens,” ujar Arifin.
Ia kemudian berpendapat bahwa teknologi turut berperan dalam menghasilkan karya yang berkualitas, namun tetap menarik minat audiens.
Pasalnya, teknologi tak hanya membantu proses produksi karya jurnalistik, tetapi juga membantu proses distribusinya. Bahkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang belakangan banyak disorot pun sebenarnya memiliki peran penting bagi masa depan dunia jurnalistik.
“Media bisa memanfaatkan AI untuk trending prediction hingga disaster alert agar bisa mendapatkan informasi yang lebih cepat dan akurat. AI juga bisa membantu personalisasi konten yang lebih relevan dengan user behaviour. Perkembangan teknologi ini penting diikuti. Efektif atau tidaknya tentu dibutuhkan riset berkelanjutan,” tutup Arifin.
Sebagai informasi, IdeaFest 2023 mengusung tema “Lead the Leap!” dan akan digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada 29 September-1 Oktober mendatang.