Tumurun Museum & Pracima Tuin Mangkunegaran hadirkan Mangkunegaran Art Garden

Tumurun Museum dan Pracima Tuin Mangkunegaran mempersembahkan kolaborasi seni berupa pameran karya patung di Taman Pracima Tuin, Pura Mangkunegaran Surakarta pada 29 Juni-29 Juli 2024.

Kolaborasi bertajuk “SURAKUSUMA - Mangkunegaran Art Garden” itu telah resmi dibuka oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran X di Plataran Pura Mangkunegaran, melibatkan sederet seniman Surakarta.

Total ada 11 seniman lokal dan mancanegara yang ikut serta memamerkan karyanya dalam pameran ini, yakni Aditya Novali (Indonesia), Faisal Habibie (Indonesia/Jerman), Wedhar Riyadi (Indonesia), Gabriel Aries (Indonesia), dan Yunizar (Indonesia).

Kemudian ada pula Ugo Rondinone (Swiss), Alicja Kwade (Polandia/Jerman), Bernar Venet (Prancis), dan Alex Seton (Australia).

Pada ruang di dalam Pracimasana, turut ditampilkan karya Rita Widagdo (Indonesia) dan Gregorius Sidharta (Indonesia) sebagai pembacaan jejak penting capaian seni patung modern Indonesia.

Selain menampilkan karya-karya terbaik sederet seniman tersebut, juga diselenggarakan beragam program publik seperti Tur Kuratorial, Diskusi Seni, hingga Lokakarya yang terbuka untuk umum mulai 30 Juni sampai 29 Juli mendatang.

Baca juga: Bersama Museum MACAN, Bagus Pandega tampilkan karya pengingat musibah lumpur Lapindo

Di balik inisiatif “SURAKUSUMA”

Nama pameran ini diambil dari bahasa Jawa Kawi yang memiliki arti Bunga Dewa-Dewi atau Bunga Kahyangan. Dalam hal ini, bunga menjadi simbolisasi karya seni yang tak hanya indah, namun penuh makna.

Pameran seni ini bertujuan menghadirkan persepsi baru tentang ruang kultural kawasan Pura Mangkunegaran Surakarta.

Inisiasi “SURAKUSUMA - Mangkunegaran Art Garden” berpijak pada latar sejarah, di mana Surakarta merupakan ruang temu antarbudaya yang telah mengemuka sejak era Hindia Belanda, dengan Mangkunegaran sebagai pusatnya.

Berdasarkan catatan sejarah, Mangkunegaran merupakan ruang publik di mana budaya Timur dan Barat bertemu. 

Berbagai seniman dan pemikir asal Eropa pun banyak yang berkunjung ke sini untuk menggali pengetahuan tradisi Jawa, sekaligus membawa pemikiran, corak karya, dan tradisi Barat.

Di sinilah pertukaran dan transfer pengetahuan terjadi secara harmonis, lewat kerja-kerja intelektual maupun jejak material yang mengisi ruang fisik dan sosio-kultural di Pura Mangkunegaran, seperti corak arsitektur, ornamen bangunan, hingga elemen pendukung tata ruang.

Taman dan patung pun telah menjadi bagian dari ruang spasial kebudayaan Jawa klasik, sebagaimana tercatat dalam relief candi, prasasti, dan kesusastraan.

Seperti tercatat dalam sejarah, “SURAKUSUMA” pun menghadirkan karya-karya patung kontemporer sebagai salah satu cara membaca sejarah spasial ruang budaya.

Sementara itu, terminologi sculpture garden lahir sebagai ruang praxis seni patung kontemporer selaras dengan kehadiran museum seni.

Adapun spektrum tematik karya dalam pameran ini berpusat pada masalah material-medium inspirasi sejarah, refleksi atas waktu dan realitas, penghayatan alam, hingga imajinasi bentuk.

Menariknya, setiap karya yang hadir menekankan estetika dan pengalaman, mengeksplorasi bentuk dan ide, hingga menciptakan ruang pertemuan dan dialog bersama publik.