Viral di TikTok, ini 5 ciri khas film Wes Anderson!
Viral di TikTok, ini 5 ciri khas film Wes Anderson!
Akhir-akhir ini, gaya sinematik Wes Anderson trending dan dipakai banyak pengguna TikTok bahkan Instagram untuk berbagai macam konten.
Melalui tren yang viral di TikTok itu, orang-orang mencoba menampilkan kegiatan sederhana menjadi video bergaya elegan, vintage, artsy, dan unik untuk dinikmati.
Mulai dari video tentang keseharian ibu rumah tangga, hingga ajang pamer keseruan Lebaran bersama keluarga, sampai konten jualan mobil pun mengadaptasi gaya film aesthetic Wes Anderson.
Tak lupa, setiap videonya menggunakan lagu yang sama yakni “Obituary” dari Alexandre Desplat.
Wes Anderson sendiri merupakan sutradara, penulis skenario, sekaligus produser film kawakan asal Amerika Serikat yang lahir pada 1969 silam di Houston, Texas.
Pasalnya, sejak kecil, Anderson disinyalir gemar merangkai tulisan dan menelurkan film pendek pertamanya pada 1996, berjudul “Bottle Rocket”.
Kemudian, nama Anderson mulai didengar di telinga banyak orang setelah meluncurkan film coming of age bertajuk “Rushmore” (1998).
Namun, sebenarnya seperti apa karya-karya sutradara asal Amerika Serikat tersebut?
Menurut Variety (21/10/21), film-film Anderson memiliki gaya dan pembawaan paling unik, jika dibandingkan dengan karya-karya sineas kontemporer Amerika lainnya. Mulai dari pemilihan warna, cara framing setiap adegannya, dan masih banyak lagi, membuat film Anderson menjadi mudah dikenali.
Nah, kali ini TFR telah merangkum sederet ciri khas utama dari karya-karya Wes Anderson. Simak selengkapnya dalam penjelasan di bawah ini!
Baca juga: 7 film terlaris sepanjang masa dengan pendapatan tertinggi
1. Warna yang konsisten dan latar yang kontras
Setiap film besutan Wes Anderson, memiliki color palette yang unik satu sama lain, seakan sang sutradara punya racikan warna khusus untuk setiap karyanya. Sejumlah warna utama pada tiap film pun, secara konsisten muncul di setiap adegan dan frame filmnya.
Salah satunya dapat kita lihat dalam warna biru dan putih pada tatanan film “The Life Aquatic with Steve Zissou” yang diluncurkan 2004 silam.
Warna merah khas dari topi-topi Team Zissou dibuat menonjol dengan warna kontras di belakangnya, biru yang menawan. Permainan warna itu pun disinyalir menjadi salah satu senjata Anderson untuk mengambil fokus pada penontonnya ke subjek yang disoroti.
Pendekatan serupa juga dapat dilihat dalam “Fantastic Mr. Fox” (2009) yang terus menghadirkan kombinasi warna oranye, menyerupai bulu rubah yang menjadi karakter utamanya.
Selain itu, warna oranye dalam “Fantastic Mr. Fox” turut membawa kehangatan sepanjang film. Warna tersebut pun ditonjolkan Anderson dengan kontras dari warna gelap yang muncul di beberapa adegan.
Baca juga: 7 drama Korea terbaik yang dibintangi Lee Do Hyun
2. Pemilihan barang fesyen yang ikonik
Selain memanjakan mata dengan warna yang aesthetic, kekhasan fesyen turut menjadi elemen visual yang khas dari film-film Wes Anderson.
Salah satunya adalah kesan “terpakai” (worn-in) dari jas-jas berbahan corduroy berukuran besar yang seringkali muncul di film-filmnya seperti dalam “The Royal Tenenbaums” (2001) hingga “The Darjeeling Limited” (2007) dan “Fantastic Mr. Fox” (2009).
Selain itu, topi beanie berwarna merah-oranye cerah dalam “The Life Aquatic with Steve Zissou” menjadi begitu mudah diasosiasikan dengan karya Wes Anderson.
Tak hanya itu, ada pula tracksuit Adidas berwarna merah yang dikenakan karakter Chas Tenenbaum dan kedua anaknya, dan membuat karakter menjadi semakin khas.
3. Framing yang simetris
Wes Anderson sangat menyukai frame yang simetris. Hal itu terlihat jelas dari banyaknya shot dalam film di mana subjek atau objeknya berada tepat di tengah frame kamera.
Rupanya, kiat ini juga menjadi salah satu hal yang bisa membuat fokus penonton terarah ke titik utama dari adegan tersebut, baik karakter, benda, maupun lokasi.
Adapun gaya simetris telah digunakan Wes Anderson dalam film pertamanya, yakni “Bottle Rocket” yang perdana tayang 1996 silam.
4. Tatanan latar dan adegan menyerupai pertunjukan
Selain itu, ada karakteristik lainnya dari cara Wes Anderson membangun filmnya. Karya-karya Anderson kerap memiliki tatanan latar dan adegan yang menggunakan logika pertunjukan, hal ini disebut Videomaker (9/1) menunjukkan simplifikasi dari suatu kejadian atau pengalaman yang lebih kompleks.
Tak hanya itu, Wes Anderson juga disebut sering menjadikan karya-karya seni sebagai referensi utama tatanan adegannya.
Hal itu dapat dilihat dalam adegan film “Moonrise Kingdom” (2012) yang mengapropriasi lukisan “The Last Supper” dari Leonardo da Vinci.
Baca juga: Serial soal Christopher Robin menghadapi quarter-life crisis akan segera hadir
5. Adegan yang panjang dan berkelanjutan
Terakhir, adegan berdurasi panjang menjadi elemen visual lain yang khas dari karya-karya besutan sutradara asal Amerika Serikat tersebut.
Gaya pengambilan kameranya juga khas, seperti shot yang mengikuti gerakan subjek, peralihan kamera yang cepat (whip pans), atau pengambilan adegan panjang yang statis.
Rupanya, teknis pengambilan andalan Anderson tersebut, dibuat dengan begitu hati-hati menggunakan berbagai macam koreografi, serta menghasilkan kesan adegan yang tiada akhir dan keterhubungan erat antara tiap karakter film.
Nah, Anda dapat menyaksikan contoh dari gaya tersebut pada akhir dari film “The Darjeeling Limited” (2007).