7 alasan SM Entertainment menolak akuisisi HYBE
SM Entertainment baru saja mengeluarkan video resmi dalam bahasa Korea dan juga Inggris dalam kenal YouTube-nya yang mengumumkan bahwa pihaknya menentang akuisisi dan merger dengan HYBE.
Dalam video yang berjudul “The reason why SM is against HYBE's hostile takeover” itu, salah satu agensi hiburan terbesar di Korea Selatan tersebut turut menyebutkan berbagai alasannya.
Chief Financial Officer (CFO) SM Entertainment Cheol Hyuk-jang merincikan sejumlah poin penting mengapa ia dan pihak perusahaan menolak kesepakatan HYBE dengan sang pendiri agensi, Lee Soo-man (LSM) itu dalam video berdurasi 15 menit yang diunggah di kanal YouTube SMTOWN itu.
Seperti diketahui, sebelumnya HYBE mengakuisisi sebanyak 14,8% saham SM Entertainment dari Lee Soo-man menjadikannya sebagai pemegang saham utama perusahaan tersebut.
Selain mengakuisisi dari LSM yang tadinya ialah pemegang saham terbesar, HYBE juga mengumumkan akan mengakuisisi hingga 40% saham lewat penawaran tender yang tengah berlangsung.
Namun, pengambilalihan yang muncul usai SM Entertainment mengumumkan rencananya untuk fokus pada SM 3.0 tersebut ternyata ditentang pihak perusahaan karena belum dikonsultasikan oleh jajaran dewan dan manajemen saat ini.
Baca juga: CJ Group bantah isu beli saham SM Entertainment dengan Kakao
Alasan SM Entertainment menolak akuisisi HYBE
Di samping alasan tersebut, terdapat berbagai poin lainnya yang disorot oleh Cheol Hyuk-jang, seperti dijelaskan berikut ini, dikutip dari Koreaboo (20/2).
1. HYBE akan memiliki kontrol terhadap manajemen SM Entertainment
Salah satu alasan terbesar mengapa pihaknya menentang akuisisi HYBE ialah lantaran ia percaya bahwa ini merupakan upaya yang dilakukan oleh HYBE untuk mengambil kontrol atas SM Entertainment.
Ketika jajaran dewan direksi SM Entertainment diambil alih, maka HYBE akan lebih mudah dalam mengambil keputusan di dalam perusahaan tersebut.
“Kami sangat paham bahwa di bawah struktur tersebut, akan sulit mengambil keputusan dan memprioritaskan nilai daripada seluruh pemegang saham SM, termasuk 60% lainnya,” ujarnya.
Meskipun HYBE menyatakan akan membiarkan SM Entertainment dan manajemennya untuk mengelola perusahaan secara mandiri, tetapi Hyuk-jang menganggapnya sebagai janji palsu yang sulit ditepati.
Lebih dari itu, SM Entertainment juga menyorot misteri investasi senilai 1 triliun won atau sekitar Rp11,7 triliun yang akan dimasukkan ke dalam kesepakatan tersebut.
2. Kekhawatiran mengenai masa depan artis SM Entertainment
Cheol Hyuk-jang kemudian lanjut membahas kekhawatirannya terkait masa depan para artisnya. Pasalnya, merger SM Entertainment dan HYBE dapat memengaruhi siklus promosi artisnya.
Dalam hal ini, isu yang disorot apabila induk perusahaan menjadi kompetitor bisnis adalah kemungkinan HYBE akan tetap memprioritaskan artis-artisnya, dibanding artis di bawah naungan SM Entertainment.
“Dengan waktu perilisan album yang terbatas pada 100 kali dalam setahun, HYBE telah disibukkan oleh artis-artis di dalam labelnya. Hasilnya, artis SM tidak memiliki pilihan dan diprioritaskan,” kata Hyuk-jang.
Selain itu, merger ini berarti SM harus melepaskan bisnis fan platform oleh SM 3.0 lantaran harus menggunakan platform HYBE.
Di mana, hal ini hanya akan meningkatkan sejumlah peningkatan lisensi dan berimbas merugikan SM karena kehilangan sumber pertumbuhan dan data untuk memperdalam pemahaman mengenai penggemarnya.
Peluang bisnis baru lainnya yang dapat membantu strategi SM 3.0 juga besar kemungkinannya akan diberikan kepada anak perusahaan HYBE.
Baca juga: Min Hee-jin dan Bang Si-hyuk jadi kandidat terkuat direktur SM yang baru
3. Membatasi pertumbuhan bisnis SM Entertainment
Selaras dengan poin sebelumnya, walaupun pengambilalihan ini dapat menguntungkan, tetapi merger dengan HYBE artinya sama saja dengan membatasi pertumbuhan bisnis SM Entertainment.
Apalagi saat ini HYBE telah memiliki unit bisnis terpisah yang memonetisasi intellectual property (IP) yang dipegang oleh label terafiliasi.
Dengan kata lain, HYBE yang akan mengambil inisiatif untuk mengoperasikan kekayaan intelektual milik SM hingga mengambil seluruh keuntungannya.
HYBE sebelumnya juga mengatakan akan mengakuisisi saham mantan produser eksekutif SM Entertainment, Lee Soo-man, di SM Brand Marketing dan DREAM MAKER.
Dalam hal ini, pembelian saham kedua perusahaan oleh HYBE merupakan langkah yang dapat menyebabkan kerugian finansial bagi pemegang saham SM.
4. HYBE tidak merinci potensi sinergi bila kedua perusahaan bergabung
Cheol Hyuk-jang pun menyerang HYBE yang mengklaim bahwa akuisisi saham SM Entertainment dapat menciptakan sinergi yang lebih kuat, tetapi tidak dijelaskan potensi sinergi yang dimaksud.
Oleh karenanya, dirinya meminta HYBE untuk merincikan sinergi dari akuisisi yang dimaksud untuk SM Entertainment dan bagaimana kesepakatan itu dapat menguntungkan pemegang saham perusahaan.
Tak bisa dimungkiri, SM Entertainment dan HYBE memang merupakan dua perusahaan hiburan terbesar di Korea. Jika keduanya saling terintegrasi, maka dapat menciptakan monopoli dengan mengambil alih 66% dari total pendapatan pasar.
Baca juga: HYBE jadi pemegang saham utama SM Entertainment, ungkap rencana masa depan agensi
5. Dinilai dapat menghancurkan keragaman industri K-pop
Monopoli yang dimaksud Hyuk-jang kemudian dapat memengaruhi industri K-pop secara keseluruhan dengan menghancurkan keragaman di dalamnya.
“Pada Q3 2022, keuntungan gabungan kedua perusahaan dari album/musik digital mencapai 70% dari pasar. Mengenai keuntungan konser/pertunjukan, kedua perusahaan mengambil sebanyak 89%.”
“Jika keduanya saling terintegrasi, lebih dari 60% artis peringkat teratas berdasarkan penjualan album akan berada di bawah satu perusahaan, berakibat pada kerusakan keragaman pasar K-pop,” ungkapnya.
Di samping itu, akuisisi ini dapat menghambat industri K-pop untuk meningkatkan popularitas dan fandom-nya pada tingkat global.
“Jika HYBE mengambil mayoritas saham dengan mengakuisisi hak manajerial SM, K-pop akan kehilangan kesempatannya untuk peningkatan ke depannya. Secara garis besar, penggemar K-pop yang akan paling terpengaruh oleh monopoli ini,” lanjut Hyuk-jang.
6. HYBE dengan sengaja menghindari tinjauan Fair Trade Commission (FTC)
Lebih jauh, terdapat pula berbagai permasalahan lainnya yang ditemukan dalam proses pengambilalihan yang ternyata tidak melalui rapat pemegang saham serta pemeriksaan oleh FTC.
Hal ini dapat mengancam masa depan SM Entertainment karena dapat menyebabkan saham dilepas ke pasar hingga harganya menjadi anjlok.
Pun apabila FTC memberikan persetujuannya, penundaan proses pemeriksaan dapat menimbulkan kemunduran bagi SM dalam menjalankan strategi bisnisnya.
7. Sebanyak 85% karyawan SM Entertainment menentang akuisisi HYBE
Terakhir, Cheol Hyuk-jang mengatakan bahwa ratusan karyawan yang bekerja di SM Entertainment mengaku menolak akuisisi SM Entertainment ke HYBE.
Berdasarkan survei anonim yang dilakukan terhadap pegawai perusahaan, sebanyak 85% menolak SM diambil alih oleh HYBE. Jika kesepakatan ini diteruskan, kata Hyuk-jang, maka sama saja dengan mengabaikan para pegawai yang bekerja siang-malam untuk perusahaan.
Cheol Hyuk-jang kemudian meminta para pemegang saham untuk menunggu SM Entertainment sampai pihaknya membeberkan detail lebih lanjut mengenai strategi bisnis SM 3.0 hingga target kinerja.
“Selama penggemar dan pemegang saham percaya dengan kami, SM tidak akan berhenti mengambil langkah ke depan. Nantikan dan perhatikan pengumuman kami berikutnya terkait SM 3.0 yang akan meningkatkan nilai penggemar dan pemegang saham. Terima kasih,” tutup CFO SM Entertainment itu.