Usai pensiun karena gangguan afasia, Bruce Willis didiagnosis idap demensia
Setelah Maret tahun lalu aktor berusia hampir 70 tahun, Bruce Willis, memutuskan untuk pensiun berakting karena afasia, kini dirinya didiagnosis mengidap demensia frontotemporal.
Kabar itu diberikan langsung oleh keluarganya lewat keterangan resmi pada Kamis (16/2) kemarin.
“Sejak kami mengabarkan diagnosis afasia di musim semi 2022 kemarin, diagnosis terhadap Bruce kini telah berkembang: demensia frontotemporal (yang dikenal sebagai FTD),” buka pesan dari keluarga bintang “Die Hard” (1988) tersebut.
Gangguan afasia sendiri merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan berkomunikasi, dan ternyata hal itu, “hanyalah salah satu dari gejala dari penyakit yang dihadapi Bruce.”
“Walau ini sungguh memilukan, melegakan untuk akhirnya mengetahui diagnosis (kondisi Bruce),” lanjut penjelasan keluarga Bruce Willis yang diunggah dalam situs Asosiasi Degenerasi Frontotemporal.
Baca juga: Agensi Bruce Willis bantah jual hak wajah sang aktor pada perusahaan deepfake
Demensia frontotemporal, penyakit yang belum dikenal banyak orang
Penyakit demensia frontotemporal, membuat pengidapnya mengalami kondisi perubahan kepribadian, kesulitan berbicara, hingga gangguan motorik.
Menurut penjelasan Alzheimer’s Association, penyakit disebut sebagai degenerasi frontotemporal itu, disebabkan oleh hilangnya saraf secara progresif di bagian lobus frontal otak (area di belakang dahi) atau lobus temporal (area di belakang telinga).
“FTD adalah penyakit kejam yang tidak banyak didengar tapi bisa menyerang siapa pun,” tulis keterangan keluarga Willis.
Belum ada obat, keluarga Bruce Willis harapkan perkembangan riset
Meskipun dampaknya begitu besar dan bisa menyerang siapa pun, “Belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini, sebuah realita yang kami harap dapat berubah di tahun-tahun ke depan.”
Melansir CNN (16/2), untuk meningkatkan kualitas hidup pengidap FTD, tenaga medis memberikan obat untuk meringankan gejolak, rasa tidak nyaman, atau depresi.
“Sangat penting bagi pengidap FTD untuk tetap makan sehat, berolahraga, dan terhubung dengan orang,” tutur Dr. Henry Paulson, direktur Alzheimer’s Disease Center di University of Michigan.
Profesor tersebut pun menambahkan, “Aktivitas-aktivitas itu memang bukan obat, mereka tidak menyembuhkan, tetapi bisa membantu otak agar bekerja semaksimal mungkin,”
Melihat kenyataan soal ini, pihak keluarga Willis menutup pesannya dengan harapan bahwa berita tentang aktor ini bisa mendorong kesadaran dan perkembangan riset soal penyakit otak tersebut.
Kilas balik karier aktor kawakan Hollywood, Bruce Willis
Karier bermain peran Bruce Willis telah dimulai sejak 1980-an, ditandai oleh perannya dalam film seperti “The Verdict”, “Blind Date”, hingga “Sunset”.
Namun, kepopulerannya kian memuncak setelah berakting di serial televisi saluran ABC “Moonlighting” sebagai Cybill Shepherd di 1985 silam.
Terlebih pagi, pada 1988 Willis membintangi film “Die Hard” sebagai karakter ikonik John McClane.
Selanjutnya, Willis terus mencetak sejumlah peran-peran ikonik lewat berbagai tayangan layar lebar, termasuk “Pulp Fiction”, “12 Monkeys”, “The Fifth Element”, hingga film horror lawas “The Sixth Sense”, dan masih banyak lagi.
Sejumlah film paling baru yang dimainkan Willis ialah “Motherless Brooklyn” pada 2019 silam, dan film M. Night Shyamalan, “Glass”.
Sepanjang 40 tahun berkarier di dunia permainan peran, film-film yang menampilkan Willis telah menghasilkan lebih dari US$5 miliar (sekitar Rp76 triliun) di seluruh dunia.
Willis pun telah masuk nominasi sejumlah penghargaan penting dunia, seperti Golden Globes dan Emmys.