Novel Agatha Christie disunting ulang demi hapus ungkapan ofensif
Sejumlah karya penulis Agatha Christie tengah disunting ulang demi mengeliminasi sejumlah bahasa yang berpotensi menjadi ofensif, termasuk hinaan maupun ungkapan yang berkaitan dengan etnis.
Melansir The Guardian (26/3), penyuntingan yang dilakukan meliputi penggarapan ulang hingga penghapusan sejumlah kata maupun kalimat dalam cerita misteri Agatha Christie yang diterbitkan mulai 1920 hingga 1976.
Cerita misteri Christie yang telah berusia sekitar 100 tahun tersebut, dianggap memiliki pemilihan bahasa yang dapat menyinggung pembaca hari ini.
Edisi terbaru dari buku-buku novelis perempuan ini pun digarap oleh penerbit HarperCollins. Sedangkan, sejumlah sensitivity readers telah menyunting novel-novel Christie dan mengunggahnya dalam bentuk digital sejak 2020 silam.
Kabar penyuntingan novel Christie ini, mengikuti sejumlah perubahan karya tulis lainnya. Mulai dari cerita anak Roald Dahl hingga Ian Fleming, diubah demi mengeliminasi referensi gender dan ras, agar relevan bagi pembaca hari ini.
Baca juga: Pengadilan AS larang dua penerbit buku terbesar di dunia untuk merger
Bahasa yang berpotensi menghina dan berkaitan dengan ras dihapus
Perdana dilaporkan oleh Telegraph (25/3), penggarapan ulang terbaru bagi karya Christie meliputi berbagai macam perubahan, salah satunya eliminasi penamaan identitas etnis.
Alhasil, ungkapan seperti, ‘seorang yahudi’ atau ‘gipsi’, hingga ‘oriental’, dihapus dari novel-novelnya. Selanjutnya, kata-kata seperti ‘warga asli’ (native) digantikan oleh kata ‘lokal’.
Salah satu perubahan dalam bentuk kalimat, dapat kita temukan di edisi terbaru novel Hercule Poirot, “Death on the Nile” yang perdana dirilis 1937 silam.
Dalam cerita tersebut, ungkapan komplain Mrs. Allerton kepada sekelompok anak yang tadinya berbunyi, “mereka datang kembali dan menatap, dan menatap, dan mata mereka sangat menjijikkan, hidungnya juga. Aku tidak percaya aku suka anak-anak,” telah digarap ulang.
Perubahan yang diberikan, membuat ungkapan Mrs. Allerton sedikit terpotong, menjadi, “mereka kembali dan menatap, dan menatap. Dan aku tidak percaya aku suka anak-anak.”
Sensitivity readers menjadi fenomena terbaru dalam dunia penerbitan
Menurut The Guardian, sensitivity readers menjadi salah satu pekerjaan yang menjadi sorotan dalam dunia penerbitan, setidaknya dalam dua tahun terakhir.
Mereka bertugas untuk mengamati dan memberi saran atas penggunaan bahasa hingga penjelasan yang berpotensi menjadi ofensif bagi sejumlah kelompok.
Ternyata, sensitivity readers hadir dengan harapan membangun industri penerbitan yang lebih inklusif.
Sejumlah karya terdahulu dari Roald Dahl dan Ian Fleming, menjadi cerita lainnya yang mengalami perubahan seperti cerita-cerita misteri Agatha Christie.
Penerbit karya tulis Dahl, Puffin, telah menulis ulang karyanya dengan dan mempekerjakan sensitivity readers. Ungkapan seperti ‘gemuk’ dan ‘jelek’ telah dihapus dari tulisannya. Namun, Puffin mengaku bahwa edisi asli dari karya Dahl akan tetap mereka cetak.
Di sisi lain, penulis serial cerita “James Bond”, Ian Fleming, juga mengalami perubahan. Sejumlah kalimat bermuatan seksis maupun rasis telah dihapuskan, serta edisi terbarunya dibubuhkan keterangan, “Buku ini ditulis di masa ketika istilah dan sikap yang mungkin dianggap ofensif oleh pembaca modern, dianggap sebagai hal biasa.”