Absurdnya kisah di balik panggung “Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done”

Ditulis oleh Ardela Nabila | Read in English

Gelak tawa dan tepuk tangan penonton memeriahkan Auditorium Galeri Indonesia Kaya di Grand Indonesia West Mall, Lantai 8 kala pementasan “Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done” pada Minggu (2/11). Para penampil, mengenakan beragam kostum karakter unik penuh warna, sukses menghibur  penonton dengan dialog, musik, serta alur cerita yang dekat dengan keseharian pekerja ibukota.

Disutradarai oleh Aulion, “Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done” mengangkat kisah Vina (29), seorang karyawan yang mulai kehilangan makna ketika hidupnya terasa datar, dan menemukan dirinya berbincang dengan makhluk alam khayalan.

Memadukan musik, seni visual, dan emosi, para penonton diajak menelusuri memori Vina demi menemukan kembali semangat yang hilang dan alasan untuk bertahan.

Musikal ini menghadirkan visual panggung yang terinspirasi oleh ilustrasi karya Sherchle, seorang seniman ilustrator yang juga hadir dan berkolaborasi di Jakarta Doodle Fest (JDF) 2025. Dalam berkarya, seniman dengan nama asli Michelle Sherrina itu identik dengan guyonan nyelenehnya.

Berbeda dengan pertunjukan musikal lainnya, pementasan yang menutup rangkaian acara JDF 2025 oleh TFR News ini diproduksi oleh Jakarta Art House dan didukung oleh Indonesia Kaya, dan digelar intimate dan eksklusif dengan jumlah penonton terbatas.

Sebelumnya, antusiasme ratusan penonton turut memadati pintu masuk, menunggu giliran masuk demi mengamankan tempat duduk terbaik untuk menikmati pengalaman imersif kolaborasi lintas industri ini dengan maksimal.

“Dipilihnya karya ‘Hidup Segan but I’m Not Done’ sebagai tema utama ini aku rasa juga karena orang-orang bisa relate dengan sentimennya, berhubung dalam hidup ada saja momen di mana rasanya susah, tapi manusia menolak menyerah. Menarik juga menjalani prosesnya, dari duduk bareng para manusia teater ini dan melihat bagaimana karyaku bisa dijahit di musikal ini,” ungkap Michelle.

Ilustrasi “Hidup Segan but I’m Not Done” sendiri pertama kali dibuat dan dirilis pada November 2022 ketika Sherchle tengah merasa lelah menanggapi kehidupan dan segala permintaannya yang tak kunjung selesai. 

Karya ini terinspirasi oleh pepatah “Hidup Segan, Mati Tak Mau”, yang muncul di benak Sherchle usai melihat Joji, seorang penyanyi yang pada saat itu lagunya menemani sang seniman menghadapi momen menantang dalam hidup.


Ajak penonton bersama-sama menertawakan hidup 

Melibatkan Palka Kojansow sebagai penulis naskah dan lirik, serta Andita Mardhiaputri sebagai koreografer, “Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done” hadir bukan hanya sebagai pertunjukan satir menghibur, tetapi diam-diam menyentuh sisi manusiawi dalam diri yang mungkin tengah mencari alasan untuk terus melangkah.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Palka, “Aku ingin menyampaikan pesan untuk semua yang pernah merasa capek atau bahkan menyerah, untuk mencoba menertawakan hidup sambil mencoba mensyukuri hal-hal kecil yang bisa bikin semangat kita bangkit lagi. Pendeknya, kalau orang sadar, pesan di musikal ini secara garis besar punya tujuan suicide prevention.”

Melalui komedi absurd, Palka ingin menampilkan dinamika nyata tekanan di dunia kerja sekaligus secara implisit menyentil permasalahan sosial dan potret suram kehidupan masa kini.

“Untuk pengembangan cerita, kita sempat tanya Sherchle soal kenapa dia bikin semua ilustrasi itu. Jawabannya sederhana, menghibur diri kalau lagi pusing sama kerjaan, atau sekadar iseng. Kesannya sangat biasa, tapi dari yang biasa itu jadi sebuah tema universal yang bisa menyentuh banyak hal yang dekat dengan manusia urban masa kini, khususnya kelas pekerja,” lanjut Palka.

Selama 60 menit, para penonton dihibur dengan lima lagu, seperti “Sumpah Palapa” dan “Pelan tapi Party” yang diciptakan, diaransemen, diproduksi, dan dimainkan oleh Ammir Gita sebagai komposer. Salah satu lagu lainnya, “Ragam Ulahnya, Ragam Lezatnya”, diciptakan dan diaransemen oleh Achi Hardjakusumah.

Seluruh lagu dibawakan oleh para pementas dengan arahan vokal dari Maruf Andi sebagai vocal director.

“Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done” dibintangi oleh Made Aurellia, Uyo, Pila, Mike Frans, Arsy Fadillah, Nadhira Nasution, Medina Anzani, Devina, Ghatfaan, dan Janitra Diva.

Di balik keseruannya, pementasan ini digarap dalam waktu cukup singkat, namun prosesnya penuh tawa. 

“Dalam sekitar satu sampai dua minggu, kami harus menulis naskah, mengolahnya menjadi musik, dan latihan bersama para cast. Di sela-selanya, aku juga ikut membuat properti dan kostum, jadi rasanya benar-benar non-stop mengerjakan musikal ini. Tapi justru di situ serunya. Sepanjang proses, kami banyak tertawa karena keabsurdan ide ini,” jelas Aulion, yang ditunjuk langsung oleh Founder Jakarta Art House Fadli Hafizan untuk menggarap musikal ini.

Bagi Aulion, panggung musikal ini terasa seperti ruang bermain penuh energi positif yang hadir melalui candaan absurd nan ringan, dikemas dengan kata-kata catchy yang menggelitik dan gaya komikal, tetapi tetap menyelipkan pesan kehidupan yang menjadi ciri khas Sherchle.

“Berbeda dengan pertunjukan di panggung besar di mana aku harus memastikan semua berjalan rapi dan megah, di sini rasanya seperti bermain. Lebih bebas, lebih dekat, tapi juga lebih menantang karena semua serba cepat dan dilakukan bersama-sama. Tapi dari sinilah muncul momen-momen spontan yang bikin pertunjukannya hidup,” tambah Aulion.


Menghidupkan IP visual menjadi pengalaman tak terlupakan

Ini merupakan kali kedua JDF mempersembahkan teater musikal yang terinspirasi dari karya seni visual. Pada 2024 lalu, pertunjukan “Moonboy & His Starguide The Musical” yang diangkat dari ilustrasi karya Varsam Kurnia pun mendapat sambutan baik dari penonton.

Inisiatif ini bertujuan memperluas cara menikmati seni visual melalui pengalaman imersif, di mana audiens diajak masuk dan menjadi bagian dari dunia ilustrasi yang diangkat. Selain itu, adaptasi intellectual property (IP) ke dalam format baru memungkinkan kreator menggali lebih dalam inspirasi dan cerita di balik visual tersebut.

“Tahun ini kami kembali menggandeng satu ilustrator untuk menghadirkan kolaborasi lintas industri antara seni pertunjukan dan seni visual. Kali ini kami mengangkat tema yang lebih humoris dan dekat dengan kehidupan sehari-hari melalui karya Sherchle. Humor yang tadinya dituangkan ke dalam merchandise, kini bisa kita nikmati melalui pertunjukan musikal,” ujar Co-Founder JDFdan TFR News Christine Laifa.

Selaras dengan itu, format pengalaman baru ini menjadikan seni visual lebih dekat dengan masyarakat tanpa menghilangkan nilai artistiknya. Inilah mengapa seniman yang karyanya diadaptasi, seperti Sherchle, dilibatkan langsung dalam proses kreatifnya.

Dalam “Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done”, ia ikut serta memantau naskah, set design, hingga desain visual panggung. Kendati begitu, Sherchle memberikan kebebasan kepada para kru untuk ‘menghidupkan’ karakter ciptaannya dan menerjemahkan makna karya yang diangkat sesuai visualisasi mereka.

Sehingga, dari kolaborasi tersebut, lahirlah pertunjukan dengan gaya penceritaan visual energik dan penuh warna khas Aulion, sambil tetap mempertahankan identitas unik milik Sherchle.

“Aku percaya teman-teman Jakarta Art House bisa membuat adaptasi musikal yang tidak cuma bagus, tetapi sesuai dengan karakter karya-karyaku. Beruntung selera kita cukup sejalan. Kita sempat diskusi soal set design dan properti dekorasi, di situ Aulion kasih ide lalu aku tambahkan supaya desainnya lebih medok,” terang Michelle.

Adapun musikal ini merupakan bagian dari rangkaian workshop Musical Roadshow 2.0 kerja sama TFR News bersama Indonesia Kaya yang digelar pada 15-16 Oktober 2025 lalu di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia West Mall, Lantai 8. 

Kelas yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa dari berbagai universitas itu menghadirkan kelas Sound Engineering bersama Christian Edo, Directing bersama Pasha Prakasa, dan Lighting bersama Alim Jeni untuk mempelajari serta memperoleh pengalaman seputar pertunjukan musikal langsung dari para ahlinya. 

Sejumlah mahasiswa terlibat bahkan terpilih untuk melihat langsung proses persiapan pentas “Musikal Absurd: Hidup Segan but I’m Not Done”.

Dengan terselenggaranya pertunjukan ini, Jakarta Doodle Fest berharap dapat membuka kesempatan kolaborasi antar disiplin seni serta memperluas ekosistem seni pertunjukan Indonesia melalui pengalaman artistik yang inklusif, segar, dan relevan bagi generasi saat ini. 

Kira-kira siapa lagi seniman yang akan berkolaborasi dalam pertunjukan musikal selanjutnya? Nantikan kolaborasi seru lainnya di Jakarta Doodle Fest 2026, ya!



Artikel terkait


Berita terkini