Masihkah label rekaman berperan penting di industri musik?

Ditulis oleh Ardela Nabila | Read in English

“Secanggih-canggihnya tools (teknologi), dia hanya observe numbers, aspek manusianya nggak ada.” Itulah prinsip yang diterapkan oleh Artist and Repertoire (A&R) Warner Music Indonesia, Barry Maheswara, ketika mencari talenta baru dengan bantuan teknologi.

Ya, industri musik telah mengalami banyak perubahan drastis seiring dengan disrupsi teknologi. Apabila dulu seorang A&R harus mencari artis secara tradisional dengan datang ke acara musik atau kafe yang menyediakan musik hidup, sekarang teknologi telah mendukung dan mempermudah prosesnya.

Hal ini juga berlaku pada karier musisi secara umum. Dulu, untuk merilis musik, seseorang harus bergabung dengan label rekaman, tapi kini siapa pun bisa berkarya secara independen.

Proses produksi dan distribusi musik yang dilakukan secara konvensional melalui label rekaman sebagai wadah untuk memasarkan karya musisi ke publik saat ini menjadi jauh lebih ringkas dengan hadirnya berbagai platform digital.

Transformasi ini telah membuka peluang besar yang memungkinkan siapa saja untuk merilis musik ciptaannya tanpa mesti terlibat dengan pihak ketiga.

Bahkan, laporan International Federation of the Phonographic Industry (IFPI) menunjukkan bahwa pendapatan industri musik global pada 2022 tumbuh 9% secara tahunan dengan pendapatan senilai Rp397,27 triliun, didominasi oleh segmen streaming.

Streaming berlangganan menyumbang 48,3% pendapatan industri musik global, diikuti oleh streaming beriklan dengan sumbangan pendapatan sebanyak 18,7%. Berdasarkan data di databoks katadata.co.id, platform streaming seperti Apple Music dan Spotify berkontribusi 67% terhadap pendapatan industri musik global sepanjang 2022. Sementara itu, karya fisik seperti rilisan CD, vinyl, maupun kaset hanya berkontribusi 17,5%. Adapun pendapatan musik global dari hak royalti hanya menyumbang 9,4% terhadap total pendapatan.

Lantas, bagaimana relevansi posisi label rekaman di industri musik masa kini? Masihkah musisi membutuhkan peran pihak ketiga untuk mendistribusikan musiknya?

Posisi label rekaman masih tak tergantikan

Rupanya, di tengah kehadiran beragam platform digital untuk mendistribusikan ekspresi artistik secara mandiri, Barry berpendapat bahwa label rekaman masih memiliki peranan penting yang belum tergantikan.

Barry Maheswara | Dokumentasi: Warner Music Indonesia

Bukan tanpa alasan, sebab label rekaman memiliki infrastruktur dan ekosistem yang memadai, serta telah memiliki pengalaman dalam mengelola karier musisi selama puluhan tahun.

Ini artinya musisi yang bergabung dengan label rekaman dapat memperoleh lebih banyak dukungan dalam hal memasarkan musiknya dan membangun branding yang kuat agar lebih menonjol dari musisi lain yang mungkin tidak terikat kontrak dengan label apa pun.

“Bukan berarti tanpa label (musisi) nggak akan bisa sukses. Cuma mungkin dengan bantuan label dan keselarasan visi yang tepat, waktu yang diperlukan untuk seorang artis mencapai kesuksesan tertentu, katakanlah (kalau tanpa label) itu 10 tahun. Mungkin dengan bergabung ke label dan mendapat dukungan lebih, we can help to expedite that, nggak 10 tahun, mungkin jadi dua atau tiga tahun,” terang Barry kepada TFR saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan pada 19 Mei.

Data menunjukkan bahwa tangga lagu digital bahkan masih didominasi oleh musisi-musisi yang berada di bawah label tertentu.

“Kalau misalnya dilihat di Spotify charts di global ataupun lokal, bisa dilihat, kok, yang merajai chart masih musisi yang bergabung dengan label. Mungkin bukan nomor satu atau dua, tapi kalau dilihat dari komposisinya, dari 200 musisi yang masuk ke chart itu mungkin 50% udah punya label sendiri, either itu local major atau international major,” lanjutnya.

Hal ini juga dirasakan oleh Daun Jatuh, grup musik beranggotakan enam personel dan bergabung dengan Warner Music Indonesia pada 2021. Dalam kesempatan terpisah, grup pelantun lagu “Resah Jadi Luka” itu menceritakan pengalamannya bergabung dengan label musik.

“Perbedaan yang paling signifikan menurut kami adalah proses kerja yang lebih profesional dari segala aspek. Daun Jatuh lebih terarah dan terstruktur dalam menyelesaikan pekerjaannya, baik dari segi produksi musik hingga ke marketing tentang lagu yang kami ciptakan,” ungkap Daun Jatuh melalui pesan tertulis kepada TFR.

Kehadiran A&R dalam label rekaman memungkinkan musisi memiliki peluang lebih besar untuk memperlebar jangkauan audiensnya agar dapat dikenal secara lebih luas, bahkan hingga ke tingkat global.

Keselarasan misi jadi aspek terpenting dalam merekrut musisi

Dalam hal merekrut musisi, label rekaman pun memiliki kriteria khusus sebelum melakukan pendekatan. Pasalnya, masih seperti dulu, label bukan sekadar berperan dalam mendistribusikan musik, namun juga mengembangkan keterampilan artistik dan kreatif dari seorang musisi.

Oleh karenanya, kesamaan visi menjadi pertimbangan terpenting sebelum menggandeng musisi baru. “Menurut gue, label and artist relationship itu kayak jodoh, cocok-cocokan. Nggak selalu lo ketemu artis yang selalu jodoh sama lo, regardless dia sesuai sama kriteria yang lo cari. Kenapa gue bilang artis sama label itu kayak biro jodoh? Cocok-cocokkan visi. Kita punya visi A, si artis punya visi B. Kalau kedua visi ini nggak bisa dipertemukan dan nggak ada yang mau ngalah, then it’s not gonna happen,” ungkap Barry.

Ia melanjutkan, “Jadi ketika mencari artis yang tepat, pasti itu (yang dipertimbangkan pertama kali). Kita sebagai label lihat dulu visi kita apa, kemudian ketika ketemu artisnya, we gotta make sure we are a fan of their music. Setelah dua faktor itu bertemu, baru kita lihat faktor database dan sebagainya.”

Setelah kedua faktor tersebut, barulah A&R melihat faktor eksternal lain seperti keterampilan bermain instrumen, keterampilan menulis lirik dan menciptakan musik, sampai kepribadian serta keluwesan di depan kamera.

“Gampangnya, kita kalau melakukan assessment terhadap sebuah produk, apa pun itu, pasti kita akan melihat segala sesuatunya 360. Hal-hal seperti itu yang kemudian kita lihat secara presisi terhadap seorang artis sebelum kita make a decision call,” jelas Barry.

Pada akhirnya, memang, hubungan yang terjalin antara musisi dan label rekaman merupakan hubungan bisnis. Maka dari itu, menemukan mitra yang tepat dan satu visi merupakan kunci utama dalam menentukan kelancaran perjalanan ke depannya.

Semua strategi berpusat pada sang musisi

Label rekaman, sebagai pihak yang memiliki peran penting dalam karier seorang musisi, tentunya harus memiliki strategi khusus untuk mempromosikan para artisnya.

Terlebih pada masa kini, di mana preferensi musik tak hanya dipengaruhi oleh apa yang diedarkan oleh label rekaman, tetapi masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih apa dan siapa musisi yang ingin mereka dengar, sehingga berdampak pada persaingan antar-musisi yang kian ketat.

Bagi musisi-musisi baru, kemudahan ini juga telah memunculkan tantangan baru. Sebab, mereka harus bersaing dengan musisi yang sudah jauh lebih dulu muncul dan mapan. Inilah mengapa strategi yang diterapkan dalam mempromosikan setiap musisi harus disesuaikan dengan keunikan masing-masing musisi tersebut.

“Ketika kita bisa melihat artisnya sebagai sebuah product dengan keunikannya sendiri, to make an edge, ya, sudah bikin dari sekeliling artisnya saja dan segala sesuatunya revolve around the artist. Jadi artists come first,” pungkas Barry.

Masa depan industri musik

Sama halnya dengan sekarang, ke depannya pun Barry melihat bahwa industri musik masih akan terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, khususnya dalam hal memperluas pola distribusi musiknya. Salah satu contohnya ialah distribusi musik melalui web3.

Barry percaya, kehadiran web3 akan memungkinkan musisi dan penggemarnya untuk terhubung secara lebih dalam serta personal. Hanya saja, untuk mencapai lanskap tersebut, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.

“I’d say that’s interesting, sih, sebenarnya. Apakah metaverse dan web3 akan punya tempat untuk industri musik? Gue yakin iya, eventually. Cuma mungkin sekarang karena masih baru, secara infrastruktur dan teknologi orang belum sampai ke sana saja karena belum terbiasa,” tutupnya.

Industri musik tentunya masih memiliki perjalanan panjang. Kehadiran label rekaman dengan segala bentuk dukungannya dan teknologi pastinya akan membuka pintu peluang yang lebih lebar lagi bagi musisi-musisi baru di masa depan.

Walaupun, tak bisa dimungkiri, berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan tersebut juga berarti akan muncul tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi berbagai pihak dalam industri musik, tak terkecuali label rekaman.




Artikel terkait


Berita terkini